Judul Buku : 20, 30, 40 (Club Camilan, #2)
Penulis : Jaqueline Brahms, Rara Pramesti, Cenila Krena
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Genre : Metropop
Rate : 2 of 5 stars
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Genre : Metropop
Rate : 2 of 5 stars
Setiap peristiwa melahirkan sebuah kisah, dan kisah itu bisa
menjadi kisah yang bahagia atau berakhir menjadi kisah yang sedih. Namun,
terkadang kisah bisa lahir begitu saja tanpa suatu peristiwa. Depends on people
and life secret itself. Sederhana saja, coba bayangkan jika Derek Shepherd bisa melupakan perselingkuhan Addison
Montgomery lalu tetap tinggal di New York, melanjutkan hidup dan pernikahannya,
mengesampingkan Mark, saya rasa dia tidak akan pernah bertemu dengan Meredith
Grey di Seattle dan kisah percintaan mereka tidak akan pernah terjadi.*wink*
Peristiwa hidup terjadi karena suatu alasan dan kita tidak pernah tahu akhir
dari peristiwa itu akan menjadi apa. It will be not a surprise if we know it at
first, yet we will avoid it if the ending is not get along with us.
Jika boleh memilih, Cenila ingin bahagia bersama kedua
anaknya. Ia tidak mau dikhianati dua kali, satu kali oleh suaminya dan satu
kali oleh Fero. Dan ia pun tidak mau kembali ke Indonesia, menetap di Moscow
seumur hidup. Namun, hidup ini mesti dijalani satu per satu bagian, tidak bisa
dilompati begitu saja, melompati bagian yang menyengsarakan dan memilih bagian
yang menyenangkan. Cenila harus menjalani drama perceraian dengan suaminya,
hidup dengan Fero lalu dikhianati olehnya, pulang kembali ke Indonesia dan
terlibat dalam kisah cinta dengan perempuan lainnya yang mengakibatkan urusan
hidupnya semakin ruwet. Cinta pada dasarnya adalah memaafkan. Pada akhirnya Cenila
memutuskan untuk menetap di Moscow, memaafkan masa lalunya dan berdamai dengan
hidupnya.
Bahagia itu bisa datang dari masa lalu. Tidak percaya?
Tanyakan saja ke Jaqs. Ia lebih suka dipanggil Jaqs ketimbang Jackie, lebih
maskulin dan cocok dengan dirinya yang andro. (Tak terbalik?) Itu pilihan dan
selera setiap orang berbeda. Begitu pun Jaqs. Ia sudah mencoba untuk merasakan
bahagia dari masa depan dengan memilih mendekati seorang perempuan cantik dan manis yang
ternyata membuat hidupnya tidak mudah. Ia menyerah dan memilih kembali dengan
masa lalu yang akan membuatnya lebih bahagia. Hidup sudah sulit, jangan semakin
dipersulit lagi.
Di tempat lain, Rara juga memilih masa lalu yang bisa
membuatnya bahagia dan Eki adalah jawaban atas kegusarannya untuk bahagia selama ini. Namun
berbeda dengan Jaqs , Rara harus berusaha keras untuk berdamai dengan masa
lalunya demi satu kata bahagia dan dia harus menghadapi semua badai dalam
langkah hidupnya yang selanjutnya yang tidak dapat dijalani oleh semua orang.
Masa depan yang lebih baik dengan lelaki yang mencintainya tidak mampu
membuatnya bertahan pada opini pernikahan dan dia pun meninggalkan lelaki itu
demi Eki, perempuan yang pernah terlibat secara tidak langsung dengan masa
lalunya yang kelam.
Camilan Sepoci Kopi hadir di depan saya saat kejenuhan akan
rutinitas menyerang saya tanpa pandang bulu. Pasien, bangsal, konsulen,
paramedic, teman-teman seperjuangan dalam jubah koas dan segala tetek bengek
rumah sakit membuat saya jengah. Melalui Camilan Sepoci Kopi dalam Club Camilan
yang pertama, saya berkenalan dengan Donna dan Nie. Mereka penulis, sebagai
pekerjaan sampingan, dan memiliki sebuah apartemen yang berisi buku. Tidak bisa
menebak apa pekerjaan mereka sesungguhnya karena mereka penuh rahasia dan tidak
bisa dimengerti. Oleh karena itu, buku pertama mereka saya hanya memberi nilai
2 bintang. Dari Club Camilan yang
pertama ini, saya menelusuri sepak terjang karya tulis mereka melalui blog yang
mereka buat dengan nama camilansepocikopi.blogspot.com dan hasilnya terpapar
karya tulis mereka yang kedua dengan komposisi penulis yang berbeda. Saya mulai
membaca kisah pertama yang ditulis oleh Cenila, perempuan paruh baya yang mulai
berusia 40 tahun. Kisah yang ditulis telah masuk pertengahan cerita yakni
Cenila memutuskan pergi dari Fero dan kota Moscow dengan membawa kedua orang
anaknya kembali ke Indonesia, tepatnya ke kota Padang.
Kisah yang disajikan di blog ditampilkan per bagian tiap
harinya dan dikisahkan selang – seling oleh tiga penulis ini sehingga
membangkitkan antusias penikmat cerita yang bernuansa lesbian ini. Akhir
ceritanya mudah ditebak, happy ending. Dan setelah dibukukan sebagai serial
kedua Club Camilan, nuansa ceritanya berubah dan menjadi kurang bagus, walaupun
saya cukup menyukai kisah Cenila. Mungkin sebaiknya dibiarkan karyanya tetap di
blog tanpa dibukukan atau diramu kembali sesuai dengan konteks novel saat
dibukukan agar menjadi menarik dan manis seperti cupcakes.