Aksara Bea in Wonderland

My Wonderland of Words

This is the other side of me in "aksara" a.k.a "letters" with my own way, my own Wonderland, Aksara Bea

Jumat, 19 November 2010

BUKU : I DIDN'T LOSE MY HEART, I SOLD IT ON EBAY!



Tentang Buku:
Judul : I DIDN'T LOSE MY HEART, I SOLD IT ON EBAY!
Penulis : Fajar Nugros
Tebal : 155 halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : September 2010

I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay! adalah kumpulan cerpen karya Fajar Nugros yang mengkisahkan separuh atas kejadian – kejadian terkini yang sedang in di kancah hidup hedonisme kaum metropolitan. Tiap kisah atau cerita pendek yang berkisah panjang ini berhubungan dengan karya Fajar Nugros yang lain dan juga mirip dengan kisah berbeda yang lain yang ditulis oleh penulis yang lain juga =D. Kumpulan cerpen ini dipandang dari sisi saya sebagai sebuah kritisisme akan makna hidup yang dijalani, dihadapi, ditemukan dan dirasakan tak hanya oleh sang penulis namun juga oleh sebagian besar orang. Tersirat dalam balik yang tersurat akan ditemukan sarkasme di bab-bab tulisan tertentu oleh penulis digambarkan adanya titik kejenuhan manusia dalam pola hidup tertentu sehingga berbalik melawan arus, menciptakan trend atau aliran hidup yang baru, namun menyimpang dari jalur yang benar.

Dalam cerpen I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay! yang menjadi judul sampul kumpulan cerita pendek ini mengisahkan tentang seorang lelaki sejak mudanya yang dekat dengan ibunya, bertindak sebagai pelindung bagi ibunya lantaran titah ayahnya. Ia pun ingin mendapatkan seorang gadis pendamping hidup yang menyerupai ibunya yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian pada orang- orang kecil. Namun, di dunia hidupnya saat ini, ia kesulitan menemukan kekasih terbaik lantaran gaya hidup hedonisme metropolitan telah merusak tatanan hidup bersahaja. Kisah ini pun mewakili pada beberapa diri lelaki yang terutamanya saya kenal di sekitar saya menginginkan pasangan hidup yang tak berlebihan serta penuh kasih sayang seperti ibu yang mereka miliki, namun sekarang cukup sulit ditemukan karena faktor pergeseran gaya hidup yang lebih bebas. Penulis seakan mengajak kita turut merasakan apa yang sedang dipikirkannya secara kritis dan dinamis.

Penulis pun mengkritik gaya kepemimpinan para pejabat dan petinggi negara saat ini dalam cerita pendek Penasehat Presiden, Sang Gubernur dan Jakarta Setahun Sekali.
Untuk Jakarta Setahun Sekali, membuat saya ingat dengan novel Adriana, Labirin Cinta Di Kilometer Nol, yang juga hasil buatan Fajar Nugros, yang ditulis bersama Artasya Sudirman, dengan keunikan karakter tokoh patung – patung di berbagai penjuru jalan kota Jakarta yang memiliki latar historis yang berbeda – beda. Dan patung – patung itu pun dihidupkan dan berkisah tentang sikap nasionalisme zaman 1945 yang cukup heroik dengan zaman nasionalisme di tahun – tahun sekarang ini yang telah mengalami pergeseran makna yang sangat besar.

Kumpulan cerpen ini pun menyajikan kesegaran berupa cerita cinta dan romantisme yang menggigit dan menggemaskan, saya ambil contoh di kisah Malam Saat Setan Merah Bertanding Melawan Arsenal dan (Tentu Saja) Menang dan Cinta Di Saku Belakang Celana.

Kisah – kisah dalam kumpulan cerita pendek berkisah panjang ini sungguh mengasyikkan namun sayangnya ada beberapa kisah yang membosankan lantaran kekuatan karakter yang lemah, alur cerita kurang mengakar, serta tiap kisah yang diakhiri secara cepat sehingga penceritaannya menjadi tidak mengena pada pembaca. Kekerasan yang ditampilkan pada beberapa kisah untuk menguatkan gaya penceritaan saya nilai terlalu monoton dan membosankan sehingga antusiasme pembaca akan hilang dan mudah berpindah pada kisah berikutnya.

Secara keseluruhan tampilan kumpulan cerpen ini cukup menarik dan cocok untuk menjadi kudapan yang renyah untuk disantap oleh mata di kala hidup dengan rutinitas yang menjemukan butuh kesegaran.

So, Readers, enjoy the delicious treat of the story and try to feel the rhythm!